Learn Pharmacia Pages

September 22, 2011

Komponen Obat Flu: Pilih Hanya yang Anda Perlukan!

Seperti yang kita ketahui, saat ini sudah banyak sekali beredar obat flu di pasaran; dan sebagian besar sudah dapat dibeli secara bebas. Namun tahukah Anda apakah kandungan obat flu yang Anda konsumsi itu sesuai dengan gejala yang Anda alami? Berikut akan kita bahas kandungan zat apa saja yang mungkin terdapat dalam obat flu, dan analisa manfaatnya masing-masing.




1. Paracetamol
Nama lain dari paracetamol adalah acetaminophen. Paracetamol adalah suatu NSAID (nonsteroidal antiinflammatory drug) yang memiliki efek dominan ke arah antipiretik (penurun demam). Paracetamol juga memiliki efek analgesik (pereda nyeri), tetapi efek antiinflamasi (antiradang)-nya tidak terlalu nyata. Inilah sebabnya mengapa paracetamol tidak dipakai untuk meredakan radang; melainkan lebih ke arah menekan demam atau nyeri kepala yang menyertai flu. Jadi, apabila Anda menderita flu yang disertai dengan meriang, demam, atau sakit kepala; carilah obat flu yang memiliki komponen paracetamol.
Dosis anjuran untuk paracetamol adalah 10-15 kali berat badan dalam kg per kali minum. Dosis lazim untuk dewasa sekali minum adalah 500-600 mg, kecuali jika obat flu tersebut mengandung analgesik/antipiretik lain. Apabila satu obat flu mengandung lebih dari satu komponen analgesik/antipiretik; maka dosis paracetamol akan lebih rendah (biasanya 250-300 mg).

2. Asam asetilsalisilat
Nama lainnya adalah asetosal, atau salisilamid. Asam asetilsalisilat lebih banyak digunakan untuk terapi trombolitik dalam dosis kecil, namun dalam dosis lebih besar manfaatnya lebih ke arah analgesik dan antipiretik. Beberapa obat flu menggunakan campuran asam asetilsalisilat dengan paracetamol, namun dalam dosis yang tidak terlalu besar untuk keduanya (200-250 mg untuk masing-masing komponen). Tujuan kombinasi ini mirip dengan parasetamol; yaitu memberikan efek penurun demam serta pereda nyeri yang menyertai flu. Karena masalah keamanan, obat yang mengandung asam asetilsalisilat sebaiknya diberikan dengan hati-hati pada anak-anak.

3. Dextromethorphan
Dextromethorphan (DM, DMP) adalah zat antitusif, yang berfungsi meredakan batuk dengan menekan pusat batuk (meningkatkan ambang rangsang batuk di otak). DMP tidak berefek pada silia saluran napas. Oleh karena itu, zat ini lebih aktif mengatasi batuk kering. DMP sendiri sebenarnya sudah tidak direkomendasikan pemakaiannya untuk flu biasa di negara maju, dan juga tidak direkomendasikan untuk menekan batuk pada malam hari. DMP hanya direkomendasikan untuk kasus batuk akibat bronkitis, yang mana jika batuk terus dibiarkan maka iritasi saluran napas akan bertambah berat dan dapat memperburuk perjalanan penyakit. Dosis yang digunakan umumnya 7.5-15 mg dan tidak boleh lebih dari dosis tersebut.

4. Guaifenesin
Nama lainnya gliseril guaiakolat. Suatu ekspektoran, yang bekerja dengan meningkatkan produksi cairan di saluran napas dan mengaktifkan pergerakan silia saluran napas, sehingga diharapkan membantu mendorong dahak keluar. Jadi komponen obat batuk ini lebih cocok untuk batuk berdahak. Sayangnya bukti efektivitas guaifenesin lebih bersifat empiris dan bukan klinis. Dosis yang dipakai umumnya berkisar antara 50-100 mg.

5. Pseudoephedrine
Zat ini merupakan perangsang reseptor adrenergik alfa dan beta, yang memberi efek vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah di mukosa hidung, sehingga produksi mukus akan berkurang) serta relaksasi bronkus (pelebaran saluran napas). Jadi fungsi komponen ini adalah sebagai dekongestan (pelega hidung tersumbat), sehingga cocok untuk flu yang disertai hidung tersumbat. Dosis yang digunakan umumnya 30 mg.

6. Antihistamin
Antihistamin diberikan untuk tujuan meredakan reaksi alergi pada saluran napas (produksi mukus berkurang) atau mengurangi rasa gatal di tenggorokan karena batuk alergi. Antihistamin sendiri tidak melegakan hidung tersumbat. Pada kenyataannya antihistamin tidak hanya diberikan pada batuk alergi, namun juga pada flu. Pada kasus alergi sendiri, efek antihistamin terhadap flu dapat diperkuat dengan pemberian bersama pseudoephedrine; karena efek melegakan hidung tersumbat dan meredakan reaksi alergi bersifat saling sinergis.
Jenis antihistamin yang dipakai dalam obat campuran umumnya adalah klorfeniramin maleat (CTM) dalam dosis kecil (1-2 mg).

7. Fenilpropanolamin
Nama lainnya adalah PPA, memiliki kemiripan struktur dan fungsi dengan pseudoefedrin; yaitu sebagai dekongestan. Cocok digunakan untuk flu yang gejala utamanya hidung tersumbat. Di Amerika Serikat, PPA dosis besar sendiri sudah diketahui meningkatkan risiko stroke, sehingga sejak awal dekade 2000-an obat ini sudah tidak diperbolehkan untuk dipergunakan lagi. Namun PPA yang digunakan untuk obat flu sendiri tidak ditarik. Sementara itu, pemakaian PPA dalam obat flu pun sudah dikurangi menjadi maksimal 15 mg (Kompas, 16 Maret 2009).

8. Obat batuk hitam dan obat batuk putih (sirup)
Komponen utama obat batuk hitam adalah succus liquiritae yang berfungsi sebagai ekspektoran, sehingga lebih cocok untuk batuk berdahak. Sedangkan komponen utama obat batuk putih adalah oleum menthae piperithiae, biasanya digunakan untuk batuk pada anak. Keduanya tidak lagi dipergunakan saat ini. Obat batuk putih sangat mudah rusak dan tidak tahan disimpan lama.

Rekomendasi
1. Antihistamin yang lebih cocok untuk flu adalah antihistamin yang menyebabkan kantuk; karena mereka memiliki efek dekongestan (pelega hidung tersumbat lebih baik). Contohnya: klorfeniramin (CTM) dan fexofenadine.
2. Penekan batuk sentral (seperti DMP) sebaiknya tidak diberikan pada pasien flu; cukup pada kasus batuk karena bronkitis.
3. Amerika Serikat sendiri telah melarang penggunaan obat-obatan flu yang dijual bebas pada anak berumur di bawah 4 tahun.
4. Secara teoritis, flu dapat sembuh sendiri; dengan minum yang cukup, istirahat, dan makan makanan bergizi.
5. Perhatikan gejala demam sampai hari ketiga, apabila tidak membaik mungkin ada indikasi penyakit lain. Tidak menutup kemungkinan ada influenza; yang merupakan infeksi saluran napas yang lebih serius.
6. Suplementasi dengan zink masih kontroversial karena data klinis yang tidak konsisten.

3 komentar:

  1. thanks infox gan..

    http://www.ramuanku.com/products.php?cid=18

    BalasHapus
  2. Menurut saya paracetamol bukan golongan dari NSAID, mungkin bsa diralat biar blognya semakin bagus

    BalasHapus
  3. Maxiboost Pekanbaru juga sepertinya ini sangat rame sekali ya. Apasih rahasianya?

    BalasHapus